Teh Ninih - Penjelasan AA Gym

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...

Maha suci Allah, yang melembutkan hati-hati kita. Mudah-mudahan dengan kelembutan hati, Allah menuntun kita agar kita mudah untuk menerima kebenaran. Terima kasih AA...saya pribadi merasa bersyukur memiliki suami yang diberikan karunia yang sangat besar, bisa mengenal Allah sejak sebelum menikah. Dan saya...banyak evaluasi untuk saya sebagai istri, kurang terima kasih saya kepada suami, sehingga dengan pernikahan 20 tahun, walaupun saya sebagai istri sudah mulai dikenalkan dengan Allah oleh orang tua, tetapi untuk langsung bisa mempraktekan, Alhamdulillah, syariatnya lewat AA. Hakikatnya Allah SWT yang sayang, Allah memilih AA.

Perjalanan 20 tahun menikah penuh dengan liku, kadang sering tidak setuju dengan apa yang AA lakukan. Berawal dari bagaimana AA selalu melatih istri untuk tidak cinta dunia. Sempat terpikir, "Kenapa AA seperti ini, kok nyiksa istri...?". Tetapi, subhanallah, dengan kesabaran AA, sebagai suami begitu paham perasaan istri. Dan 20 tahun kemudian, inilah saatnya, latihan demi latihan yang luar biasa ujian besar. Di saat istri sangat cinta kepada suami, karena suami sedang diuji dengan penghormatan, dan suami juga selalu memuji istri. Nah, pada saat inilah, subhanallah, Allah mendatangkan kejadian yang menguji keikhlasan istri. Maka yang pertama kali, hikmah dari kejadian ini, "Ya Allah, saya sedang diuji dengan kemudahan, dengan
penghormatan". Dan suami begitu bangga kepada saya, kadang terucap dalam hati, dalam pikiran..."inilah saya yang paling hebat, yang bisa mengantarkan suami saya menjadi hebat seperti ini"...Allah nggak suka, Allah Maha Cemburu..."Bukan karena
engkau...", bukan karena saya sebagai istri, tapi Allah yang menuntun, Allah yang memberikan kekuatan kepada suami. Maka, Allah mendatangkan seorang wanita yang AA pilih sebagai istrinya.

Awalnya, hancurlah sudah perasaan diriku...tapi, subhanallah, terus minta kepada Allah...oh, ternyata nggak ada yang hebat, tidak ada yang hebat, yang hebat hanya Allah. Itulah ujian keikhlasan, sehingga akhirnya...ketika tahu bahwa AA sudah menikah, subhanallah, pasti ini ada hikmahnya, pasti ada hikmahnya. Langsung merujuk apakah ini akan mengikuti nafsu saya takut kehilangan...kehilangan...nama istri AA Gym yang hebat, atau merujuk kepada hukum Allah. Istikharah, sujud, minta tolong, sambil menangis...dan, subhanallah, ketika hati kita lembut, itu terasa sekali penghambaan kita kepada Allah, minta yang terbaik...minta yang terbaik. Dan, Allah
membukakan hati bahwa apa yang dilakukan suami saya ini adalah sebuah kebenaran. Saya harus berjuang untuk memanage nafsu...memanage nafsu.

Dan, yang kedua, hikmahnya adalah, setelah meyakini bahwa ini sebuah kebenaran, disinilah benar, bahwa dengan poligami itu sangat komplit, bagaimana manajemen qalbu bisa dilatih semuanya. Yang pertama, bagaimana melatih supaya tidak dengki kepada orang. Di saat ada orangnya, dengki tidak? padahal hati terusik. Kalau saya dengki, berarti terhalang saya untuk mendekat kepada Allah. Kemudian yang kedua, evaluasi untuk diri. Apakah ini, saya termasuk tamak, tidak mau berbagi? Padahal selama ini, di hadits, di Quran...bahwa kita harus mencintai saudara seiman seperti mencintai diri sendiri. Saya punya suami yang begitu hebat, sholeh, kaya, cakep...ini orang yang paling saya cintai, bisa nggak berbagi kepada sesama muslimah. Ternyata tidak mudah AA...(terdengar audiens dan Teh Ninih sendiri tersenyum/tertawa ringan)...ngejungkel(terjungkal) juga yah? Istilahnya...AA takut sama yang lain. Tapi, subhanallah, dengan pertolongan Allah, terus diberikan pemahaman...pemahaman. Berarti saya nggak boleh mundur, ini kesempatan, harus lulus...harus lulus...harus
bisa.

Itu hikmah yang kedua, dan yang terakhir, barangkali ini satu harapan dari Teteh sebagai...sebagai orang yang dipilih mendampingi AA dalam berjuang. Di saat melihat akhwat, perilaku kepada teh Rini khususnya, sangat beragam. Sampai ada yang ingin menjenggut katanya kalau ketemu, ingin menjambak, ada yang malah sampai...disihir aja katanya, A, diguna-guna. Wah, udah macem-macem. Pokoknya, subhanallah, ini sebuah pelajaran untuk saya secara pribadi...oh, berarti sikap wanita itu sangat beragam, dan saya tidak bisa menuntut akhwat sama, semua legowo, semua memaafkan...tapi inilah tanggung jawab seorang pendakwah, seperti apa yang AA tadi sampaikan. Jadi, maaf sekali...Teteh menghargai sekali yang sayang kepada teteh mungkin sangat ingin, membalas lah...kalau itu dikatakan ketidaksukaan, bagaimana menjadi seorang anak atau santrinya membela gurunya, untuk supaya tidak sakit.
Tapi, tolong...berperilakulah, perilaku yang baik, karena walau bagaimanapun teteh sekarang mulai berfikir...saya bersyukur dan berterima kasih kepada teh Rini yang menjadi jalan saya bisa evaluasi, sejauh mana keseriusan(?) saya taat kepada suami,
sejauh mana saya berlatih untuk berbagi, berlatih untuk tidak dengki, berlatih untuk memaafkan orang yang sepertinya menyakiti. Seperti itu A, terima kasih.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.